Sangiang Lawang
“Selama
hidup saya selama ini, saya telah menyaksikan serentetan evolusi teknologi.
Akan tetapi tidak satupun diantaranya yang tidak membutuhkan watak yang baik
dan kememapuan berfikir yang baik (Bernard M. Baruch)”
Bernard
merupakan seorang filsuf sekaligus wirausahawan yang sangat hebat selama
Bernard menjalani usahanya Bernard sudah banyak menyaksikan dan menggunakan
teknologi untuk kepentingan usahanya, menurut Bernard tidak ada satupun
teknologi yang tidak membutuhkan watak yang baik dan kemampuan berfikir yang
baik dalam mempergunakan teknologi tersebut. Itu artinya setiap teknologi
menuntut penggunanya untuk dapat berwatak baik dan memiliki kemampuan berfikir
yang baik dalam memanfaatkan teknologinya tersebut. Akan tetapi kenyataan yang
bisa ditemukan selalu membuahkan hasil yang berbeda-beda disetiap tempat yang
berbeda dan waktu yang berbeda.
(Sangiang
Lawang, 05 Juni 2016) Kampung Sangiang Lawang menjadi saksi akan
ketidakseimbangan antara teknologi dengan dengan watak yang baik tersebut. Eksploitasi
yang terjadi memang “sangat menguntungkan” jika ditilik dari segi ekonomi dan
kehidupan, akan tetapi hal ini seakan menjadi pedang bermata dua yang memiliki
catatan kelam dalam perjalanannya. Keuntungan yang didapat tidak setimpal dengan
kerusakan yang sebabkan dari hasil eksploitasi ini.
Kampung
Sangiang Lawang merupakan salah satu daerah yang mengalami permasalahan alih
fungsi lahan. Kampung Sangiang Lawang yang terletak di kawasan Karst
Citatah-Rajamandala, Kec. Cipatat, Kab. Bandung Barat menurut penuturan Bapak
Supriatna yang merupakan RT setempat “Daerah ini awalnya diperuntukan sebagai
kawasan konservasi, Namun kawasan ini justru berkembang sebagai kawasan
penambangan kapur”. Semakin meluasnya jangkauan perusahaan penambang kapur
menyebabkan persoalan konversi lahan diarea pertanian menjadi area eksplorasi
tambang melalui penerbitan Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD). Hal ini
semakin menambah sekelumit persoalan krisis ekologi di Kampung Sangiang Lawang
yang kunjung usai, banyak cerita-cerita menarik mengenai Sangiang Lawang yang
mulai hilang tertutupi oleh cerita-cerita kerusakan alam Sangiang Lawang.
Sangiang Lawang dan Cikaracaknya
Sangiang
Lawang dan Cikaracaknya memiliki sebuah cerita menarik mengenai nama dan
keberadaannya. Sangiang yang berasal dari kata “Sanghyang” yang dalam bahasa
indonesia Sanghyang berarti dewa, dan lawang dalam bahasa indonesia berarti
pintu atau lubang, sehingga jika diartikan sangiang lawang berarti dewa lubang/
pintu atau juga dapat diartikan sebagai
lubang/pintu dewa. Hal ini sejalan dengan fakta yang dapat ditemukan
diwilayah Sangiang Lawang terdapat banyak lubang gua yang mungkin menjadi latar
belakang penamaan wilayah Sangiang Lawang ini, Sangiang Lawang yang pada
kisaran tahun 19-an merupakan suatu wilayah konservasi kawasan karst
Citatah-Rajamandala memiliki bentang alam yang sangat indah kolaborasi
perbukitan hijau dengan batuan-batuan yang mencuat dari dalam tanah serta
gua-gua yang memiliki keindahannya tersendiri seakan menambah kesan bahwa
ditempat ini menjadi tempatnya tinggal para dewa.
Bukit
Kampung Sangiang Lawang
Salah satu gua yang terdapat di wilayah Sangiang
Lawang adalah Gua Cikaracak, “Cikaracak” merupakan sebuah kata yang sudah tak
asing lagi bagi masyarakat tataran sunda pribahasa “Cikaracak ninggang batu
laun-laun jadi legok” yang didefinisikan secara etimologi berarti “tetesan air
menimpa batu pelan-pelan mejadi lubang” dalam kenyataanya merupakan suatu
kebenaran jika tetesan air ini mengakibatkan lubang pada suatu batu yang keras
sekalipun, gua yang terbentuk dari
hasil desakan air menjadi sebuah gua yang sampai saat ini selalu meneteskan air
melalui tembok dan ornamen gua ini, hal tersebut menjadi latar belakang
penamaan gua Cikaracak ini. Gua Cikaracak yang merupakan suatu gua horizontal
yang didalamnya masih memiliki beberapa ornamen indah yang masih hidup saat ini.
Ornamen
Bacon yang ditemukan
Tampak
keindahan gua Cikaracak dari dalam
Keindahan bak Stairway
to heaven yang tersuguh saat pagi menjelang siang ini dapat ditemukan didalam
gua Cikaracak ini.
Sampah
yang ditemukan
Namun saat ini sangat
disayangkan terdapatnya sampah sisa dari kegiatan manusia yang tidak
bertanggung jawab saat berkegiatan di
gua cikaracak ini mengindisikan bahwa program Zero Waste Adventure benar-benar
harus lebih giat lagi dikampanyekan untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi
lagi, sekarang ini keberadaan gua-gua di Kampung Sangiang lawang sudah
berkurang dan rusak akibat aktifitas penambangan dan eksplorasi orang-orang tak
bertanggung jawab didalam gua-gua di Kampung Sangiang lawang.
Gua
Cikaracak 1
Sangiang Lawang dan Pertambangannya
Lokasi
Pertambangan
Akan
tetapi persoalan yang terjadi tidak hanya sebatas krisis ekologi saja, “Kampung
Sangiang Lawang memang pernah terjadi kontroversi antara masyarakat pribumi
dengan perusahaan penambangan“ Ujar bapak Supriatna, untuk saat ini pasca
penyelesaian kontroversi dengan warga ada beberapa dampak positif dan negatif
yang dirasakan oleh warga dari adanya aktifitas penambangan ini.
Dampak Positif
Beberapa
dampak positif yang dirasakan oleh sebagian besar warga diantaranya yaitu
a.
Pada bidang ekonomi, terdapat perbaikan ekonomi pada masyarakat Kampung
Sangiang Lawang dikarenakan 90% warga setempat dipekerjakan oleh perusahaan,
upah yang didapatkan kisarannya cukup besar sesuai dengan batas Upah Minimum
Regional (UMR) yang berlaku. Menurut
salah satu warga Kampung Sangiang Lawang “pekerjaan yang diberikan kepada warga
sini sebagian besar masih sebatas pekerja kasar saja, untuk orang-orang yang
memegang alat operasional dan administrasi perusahaan masih menggunakan
orang-orang luar desa” akan tetapi menurutnya menjadi pekerja kasar saja sudah
cukup untuk membiayai hidup keluarganya.
b.
Pada bidang pembangunan, pada bidang pembangunan terdapat banyak dampak yang
bisa dirasakan oleh warga mulai dari proyek pengecoran jalan yang sudah
berlangsung selama 2 tahun terakhir, pembangunan masjid dan fasilitas umum yang
mulai banyak di desa Sangiang diakomodir oleh perusahaan lewat bantuan berupa
barang dan juga uang untuk pembangunan,
pembuatan akses air kerumah warga juga dirasakan sangat bermanfaat oleh warga
setempat.
Dampak Negatif
Beberapa
dampak negatif yang sangat dirasakan warga setempat diantaranya adalah
a.
Dampak negatif yang dirasakan warga setempat khususnya warga yang
menggantungkan hidupnya pada bidang lahan pertanian dan perkebunan sangat
terasa sekali hilangnya sebagian besar lahan subur, sumber pengairan yang
sangat jauh menyebabkan menurunnya tingkat penghasilan para petani, para petani
yang umumnya sudah berusia lanjut dan tidak bisa bekerja dipenambangan sangat
kesulitan dalam pendapatan seharinya-harinya. Perlu adanya pemberdayaan bagi
orang-orang yang tidak mampu bekerja kasar agar tetap dapat membuat dapurnya
tetap mengepul setiap hari
b.
Polusi suara yang sangat mengganggu warga, polusi suara yang berasal dari
ledakan-ledakan penghancur batu dan mesin-mesin besar yang beroperasi merupakan
suatu dampak yang tidak dapat dihindari dari adanya aktifitas penambangan ini.
Warga yang terganggu tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan polusi suara
ini.
c.
Kekhawatiran berkepanjangan yang dirasakan warga juga merupakan suatu dampak
negatif yang besar, kekhawatiran akan terjadinya kecelakan dan bencana alam
yang sangat rawan sekali terjadi diwilayah penambangan, terakhir beberapa bulan
yang lalu terjadi longsor batu yang menyebabkan beberapa pekerja mengalami luka
berat dan luka ringan.
Namun
ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan yakni mengenai keadaan alam Desa
Sangiang yang sangat memprihatinkan akan menjadi efek domino dikemudian hari
nanti. Alam bukanlah sesuatu yang bisa dilawan oleh manusia, manusia perlu
menjaga alam agar tetap lestari, alam bukan sebagai warisan dari nenek moyang
akan tetapi alam adalah titipan dari
anak cucu dimasa depan.
Sumber
:
Jurnal,
Maulana Yoga C..2011. Pengelolaan Berkelanjutan Kawasan Karst
Citatah-Rajamanala
Naha cuman sebagian ? Gk keseluruhan ?
BalasHapusCheck this out buntalbiasa.blogspot.id kungkangkingkung
BalasHapus